where people ngobrol joyce...

BAHNHOFSTRASSE The eyes that mock me sign the way Whereto I pass at eve of day. Grey way whose violet signals are The trysting and the twining star. Ah star of evil! star of pain! Highhearted youth comes not again Nor old heart`s wisdom yet to know The signs that mock me as I go. (james joyce)

Rabu, 05 Desember 2012

Edouard Dujardin: Sang Pionir Monolog Interior

Edouard Dujardin: Sang Pionir Monolog Interior





Judul Asli: Les lauriers sont coupes
Versi Inggris: We`ll to the Woods No More
Penulis: Edouard Dujardin
Penerjemah Inggris: Stuart Gilbert
Pengantar: Leon Edel
Penerbit: Penguin Books Canada Limited, 1990
Tebal: 146 halaman.

Novel yang Terlupakan
Novel Les lauriers sont coupes ini ditulis oleh pengarang Prancis, Edouard Dujardin pada tahun 1880. Awalnya naskah ini dimuat secara berseri pada tahun 1887 oleh media, La Revue Indépendante. George Moore, penulis Irlandia beraliran simbolis memuji karya Dujardin ini, yang dianggapnya corak tulisannya segar dan imaginatif. Kala itu sedang ada tren di Prancis, karya berbentuk monolog interior (monoloque intérieur). Dan karya Dujardin dianggap mewakili corakmonolog interior. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1902 ketika James Joyce pulang dari Paris ke Dublin, ia membaca karya Dujardin ini dalam perjalanan. Ia berujar, karya Dujardin ini menggambarkan tokoh protagonis dengan begitu mendalam. Leon Edel memberi pengantar pada buku ini, bahwa karakter tokoh protagonisnya tidak pernah keluar dari jiwanya sendiri.

Setelah 20 tahun berlalu, tepatnya ketika Joyce menyelesaikan Ulysses tahun 1922, ia ingatmonolog interior-nya dari Dujardin. Teknik stream of consciousness (arus kesadaran) yang ia baca dari karya Dujardin, ia buat eksperimen sebagai penutup novel Ulysses. Hampir saja karya besar Dujardin itu sudah terlupakan. Berkat Joyce memakainya, karya Dujardin mencuat kembali sebagai pembicaraan hangat.

Sepertinya pada zaman lampau ada tradisi, sebelum manuskrip novel menjadi buku, lebih dahulu diterbitkan secara berseri pada jurnal sastra. Dari situ kelihatan, apakah naskah tersebut akan mendapat sambutan dari pembaca secara luas? Begitu pula pada novel Dujardin ini, usai dimuat secara berseri pada media Revue Indépendante tahun 1887, baru dicetak dalam bentuk buku kecil. Jumlahnya hanya 420 eksemplar. Tahun 1897, novel itu direvisi kembali dan dicetak ulang, namun bisa dibilang novel hasil revisi itu tidak laku di pasaran.

Fritz Senn, seorang Joycean asal Swiss memberi pengantar penutup pada versi Jerman berjudulDie Lorbeerbäume sind geschnieten (Pohon-Pohon Salam Tumbang), terjemahan dari Irene Riesen. Senn menyitir, bahwa Remy de Gourmont pada 17 Mei 1887 pernah menganggap novel itu bisa dinikmati. Dujardin sendiri tahun 1885 telah mendirikan sebuah jurnal Revue Wagnérienne. Ia sangat kagum dengan komponis Jerman, Richard Wagner. Ia kawinkan antara sastra dengan musik dan selalu mengacu pada seni musik Wagner. Dujardin mengakui, monolog interior-nya tidak semata-mata untuk berkiblat ke sastra, psikologi, atau perubahan rasa, namun juga termasuk musik dan puisi. Beberapa baris novelnya itu mengandung sajak liris. Lebih jauh Senn berpendapat, awal sebuah novel bisa seperti sebuah film. Film yang menggambarkan sebuah kota, matahari, udara, langit, keramaian, bayang-bayang, serta hiruk-pikuk. Dan kesemua warna itu nyaris tanpa mempergunakan kata kerja. Melainkan hanya melepas gerombolan kata yang bernuansa impresif. Dengan kata lain Senn akan bilang, monolog interiorlahir dengan meminimalkan kata kerja. Novel Dujardin ini awalnya sebagai novel yang diminati oleh sekelompok kecil saja. Setelah itu sempat terlupakan.

Menurut Senn, Dujardin melanjutkan menulis novel berikutnya dengan judul L`initiation au péché et a l`amour (Pengenalan Dosa dan Cinta). Selain novel ia juga menulis analisis sajak, teori agama dan sejarah agama. Senn punya sumber berbeda dibandingkan dengan Leon Edel, pengantar buku versi Inggris, yakni ia menulis, ketika Joyce di Paris tahun 1902-1903 dirundung kemiskinan dan saat akan liburan ke Tours, ia membeli sebuah novel karya Dujardin di sebuah kios stasiun kereta api. Nasib tak bisa ditebak, 20 tahun berlalu, Joyce ingat lagi pada novel yang dibeli di kios secara sepintas lalu itu. Ia terapkan model monolog interior-nya Dujardin, langsung pada baris-baris bab akhir Ulysses. Sebuah imajinasi yang tiada henti. Bibit dari novel Dujardin yang tidak terkenal bisa menjadi novel Ulysses yang terkenal. Dujardin kala itu masih hidup dan berkomentar, “Lazare veni foras” (Lazarus telah hadir). Joyce memberi satu eksemplar Ulyssesdengan tulisan tangan “Untuk E.D, penemu percakapan interior, dari penjahat yang tidak terkena denda, J.J.”

Kasus ini meskipun tidak dipermasalahkan, sebab Joyce mengadaptasi teknik dari Dujardin dengan menggabungkan kreasinya sendiri. Namun media Prancis le larron impénitentmenganggap, Joyce sebagai seorang pengarang pencuri. Atas gubahan Joyce itu, justru Dujardin tahun 1931membuat analisis baru tentang kombinasi temuan Joyce dengan judul Le Monologue intérieur, son apparition, ses origines, sa place dans l`auvre de James Joyce. Senn lagi-lagi mengungkapkan, sesungguhnya, sebelum Dujardin menulis dengan model monolog interior sudah ada yang memulainya, seperti Dostojewsky, Browning, Dickens, Shakespeare, Ovid dan Homer. Setelah era Dujardin, baru dimulai oleh Proust, Virginia Woolf, Döblin, Faulkner, dan Dos Passos.

Senn berpendapat, barangkali semua apa yang kita katakan atau pikirkan, dulunya sudah ada yang melakukan. Sebab itu sebagai penulis tak ada jalan lain kecuali menghadirkan kembali. Dengan perhitungan, masa lalu adalah masa kini (Pohon-Pohon Salam Tumbang), dan masa depan (Kita Tidak Akan Pergi ke Hutan Lagi/ We`ll to the Woods No More).

Senn menggambarkan eksperimen Ulysses, seperti ungkapan: Pegang teguh dirimu sekarang, di sini ini, demi semua masa depan, maka masa silam musnah. Molly Bloom saat ber-monolog interior sedang tiduran di ranjang menjelang tidur.

Senn memerinci, bahwa judul novel Dujardin itu sebelumnya sudah dikenal sebagai lagu rakyat atau puisi. Sedang tokoh protagonis Daniel Prince berada di jalan, makan malam di restoran, di rumah, akhirnya pergi ke rumah pacarnya Leah. Leah adalah sosok wanita genit. Bentuk penulisan novel Dujardin disebut prosa-sajak. Senn mengungkap, hampir semua novelis punya bentuk asli sebagai monolog interior. Seperti Dujardin akui,  ketika aku merenung sangat susah, sebab pada waktu yang sama konsentrasiku mudah pudar.

Leon Edel, sang pemberi pengantar buku ini menyebut, ketika Ulysses beredar, Dujardin sendiri masih hidup. Apa komentar Dujardin, karena namanya disebut-sebut Joyce, ia bilang, “Joyce menulis buku tentang agama dan musik. Ia penulis Kristen yang mampu menghadirkan karya dengan ajaib.
Akibat ketenaran nama Dujardin kala itu, maka ia sempat diundang ke Jerman; Berlin, Marburg, dan Leipzig. Dujardin memberi perumpamaan, di dalam alam itu mengendap susunan puisi. Sebab itu yang dimunculkan adalah sebuah refleksi, abstraksi, impresi sesaat, minat, nada, tapi bukan sebuah narasi yang bergerak. Dengan kata lain “unheard and unspoken inmost thoughts.”Lebih jauh Dujardin merumuskan, “inmost thoughts lying nearest the unconscious.” Ia memberi contoh satu baris dari novelnya:

The hour is striking six, the hour I waited for. Here is the house I have to enter, where I shall meet someone; the house, the hall; let`s go in.

Masih dari pengantar versi Inggris, Dujardin dianggap sebagai pionir dengan teknik solilokui dan ditiru penulis generasi berikutnya. Selain Joyce yang sudah jelas-jelas disebut di atas, adalah juga Virginia Woolf dan Faulkner. Virginia Woolf dianggap mampu memunculkan sosok tokoh dalam medium puitis dan gelombang inner monologue. Faulkner disebut berhasil menghadirkan karya yang humanis dan indah dalam aroma puitis. Di antara eksperimen-eksperimen beberapa penulis itu, adalah eksperimen Joyce yang paling radikal.

Novel Dujardin berbahasa Prancis berjudul Les lauriers sont coupes ini telah dialihbahasakan oleh Stuart Gilbert ke dalam bahasa Inggris menjadi We`ll to the Woods No More. Sejenak aku bertanya, kenapa yang menerjemahkan Stuart Gilbert? Di kalangan penggemar karya Joyce, nama Stuart Gilbert tentu tidak asing lagi. Ia adalah sahabat Joyce semasa Joyce berada di Paris tahun 1920-an. Gilbert lah yang menulis sebuah analisis kritis secara detil tentang Ulysses. Karya Gilbert itu dalam versi Jerman diberi judul Das Rätsel Ulysses (Teka-Teki Ulysses). Tapi kalau dilihat tahun terbitnya, terjemahan karya Dujardin yang dilakukan oleh Gilbert tahun 1938. Dujardin sendiri pada karya terjemahan versi Inggris tersebut membubuhkan pada halaman dedikasi untuk Joyce tertera tahun 1930. Sementara buku analisis tentang Ulysses karya Joyce versi Jerman yang ditulis oleh Gilbert, baru terbit tahun 1960. Dugaanku, Gilbert telah mengerjakan terjemahan Dujardin dahulu, baru kemudian membuat buku analisis tentangUlysses.

Kini aku akan memaparkan isi buku Dujardin yang dikenal sebagai bibitnya monolog interior dariUlysses. Secara teknis, mudah didapati, Dujardin mengemas seluruh naskahnya dalam bentuk selingan antara narasi dan dialog. Pada setiap dialog selalu memakai tanda baca.

Dikisahkan tokoh protagonis, seorang laki-laki bernama Daniel Prince. Ia jatuh cinta dengan gadis bernama Leah d`Arsay. Lokasi kejadian di Paris. Dibuka dengan kalimat lembut:

EVENING light of sunset, air far away, deep skies; a ferment of crowds, noises, shadows; spaces stretched out endlessly; a list less evening….
Paris is singing around me, and languorously composes in the mist of apprehended shapes a setting for my thought.

Daniel Prince hendak masuk sebuah rumah untuk bertemu sahabatnya yang bernama Lucien Chavainne. Daniel Prince melaporkan kepada Lucien Chavainne di dalam rumah itu, bahwa dirinya sedang dimabuk asmara. Setelah mendengar kisah cintanya, Lucien menganggap, bahwa cintanya itu tergolong platonic love. Sebuah petualangan cinta hanya dalam angan, tanpa praktik yang menjurus lebih dalam ke urusan berahi. Bahkan Daniel sudah cerita, kalau dirinya pernah memberi uang kepada Leah sebesar 500 franc. Lucien menyarankan, agar taktik memberi uang pada pacar barunya Leah itu dihentikan.

Daniel dan Lucien bersepakat suatu hari untuk nonton teater. Di teater itu mereka bertemu pacarnya Daniel, yang juga dijuliki Mademoiselle d`Arsay (Nona d`Arsay). Ia tak lain adalah nama dari Leah d`Arsay. Sekarang terlihat, betapa Daniel terus memberondong cerita kisah cinta platonisnya dengan Leah. Pujian pada keindahan tubuh Leah termasuk saat dicium di keningnya, tak lupa diceritakan pada Lucien. Narasi monolog interior-nya sering menyelinap di antara dialog-dialog dengan Lucien. Kesanku sosok Daniel ini karakternya polos, apa adanya, dan malu-malu. Kalau diproyeksikan terhadap anak muda zaman sekarang, Daniel bisa dicap sebagai penakut atau lebih tepatnya terlalu sopan.

Suatu malam Daniel dan Leah pergi menonton opera. Sepulang dari opera, mereka mengendarai mobil di sekitar jalan besar Champs-Elysées. Daniel diizinkan memegang tangan Leah. Fantasinya mencuat tinggi, seolah-olah ia ingin membangunkan sebuah istana untuk Leah. Hasil fantasinya itu, akhirnya ia berani bilang ke Leah:

Leah, will you let`s go away at once; I`m running away with you; I kidnap you, you kidnap me…Steady now, no nonsense! I might say, for instance: –Will you come away with me? She wouldn`t believe her ears. Quite impossible, she would say. –Why?…Then she`d explain how it was impossible for her to give up her career and so on.

Lagi-lagi Daniel hanya berani mencium rambut Leah dengan penuh rasa dan kehalusan jiwa. Ia bisikkan mulutnya ke telinga Leah pelan. Ia fantasikan membopong Leah dalam keadaan telanjang bulat. Terus saja fantasinya melambung, seandainya ia sebagai bangsawan kaya dengan gaji 30 ribu franc. Maka ia akan hengkang dari Paris bersama Leah.

Suatu saat ketika Daniel menunggu Leah, sepulang dari menonton pertunjukan teater, ada lelaki jangkung nan kurus bernama Paul Hènart. Daniel sudah mengenal Hénart sebelumnya. Ia dianggap sebagai kawan lama. Keduanya berjalan lewat jalan yang sama di Saint-Augustin.

Dengan jujur ia cerita, kalau dirinya akan segera mengawini Leah.
Lebih detilnya ia bilang:

I am in love with a girl who loves me and I`m going to marry her.”
–And you`re pleased about it?
–Very pleased.
–Lucky dog!
I have found a woman worth loving, who knows how to love.

Daniel menganggap perkawinan adalah sebuah hal yang sewajarnya.

Rupanya Daniel mengingatkan kepada Hénart, kalau Hènart pernah cerita bertemu gadis bernama Leah. Hénart menjelaskan, bahwa Leah itu pernah dilihatnya secara kebetulan di sebuah taman umum dengan dua kawan perempuan yang lain. Leah itu masih tinggal bersama ibunya yang seorang janda. Daniel mengejar pertanyaan, sekiranya Hénart pernah mengirim surat kepada Leah. Hénart bilang, ia pernah dikenalkan oleh kawannya kepada Leah dan ibunya. Daniel berkisah atas pertemuannya dengan Elise. Elise yang di mata Daniel bijak itu membisiki dengan narasinya yang halus.

Elise, without moving, whisphered to me, so softly that her lips did not seem to move, one almost imagined that someone els, not she, was speaking; this is what she said.

Daniel dan Hénart berjalan saling bersebelahan. Di sela-sela dialog inilah, aku baru tahu Dujardin menyelipkan monolog “unspoken” dari hatinya sang tokoh protagonist, Daniel. Monolog muncul tidak berdiri sendiri, melainkan di sela-sela percakapan. Kadang bisa mengecoh, apakah itu berupa narasi atau monolog. Keduanya sangat tipis saja perbedaannya. Tapi kalau dihayati kelembutan kalimat Daniel, memang sesungguhnya ia sedang rasan-rasan dalam hati.“Unspoken” dialog yang satu arah, tanpa suara maupun desahan.

Jalan Saint-Augustin sudah terlewati, keduanya berpisah. Daniel melanjutkan langkahnya menuju jalan Rue de Courcelles, dimana Leah bersama ibunya tinggal.

Suatu hari Leah mengirim surat pendek yang dititipkan kepada seorang pembantu. Isi surat tersebut sebagai berikut:

Dear Boy
Don`t come to the theatre to meet me this evening. Come straight to my place about ten. I shall be expecting you.
Leah

Atas surat pendek itu Dujardin menebar monolog panjang. Pacarnya Leah ini semakin gusar, kenapa ia diminta mampir ke rumahnya langsung? Tapi seandainya harus bertemu Leah di tempat teater, di mana bisa menjumpai si dia, bukankah pintu keluar di gedung teatre itu banyak? Monolog itu terus melantun romantis,…

Leah, little Leah, my dearest, ownest, how I love her! Now all is merged in darkness; my dear one, lightly smiling, laughing lightly, how I love your eyes of laughter, those big eyes of yours, and tiny laughing mouth, your lips that smile! In shadows blurred the gardens stretch out beneath the clear sky, and I see your pretty golden head, your childish face, in teasing mood, so delicately moulded, your golden hair and the pale bloom of your cheek, my laughing, smiling, teasing child…and how we love each other!…I do not see her but I feel she is there.

Dujardin selama 10 halaman menaburkan monolog, tanpa disela dengan satu dialog pun. Pada akhir monolog romantisnya, juga diselipkan rasa cemburu, seandainya saja Leah akan mengenal pemuda lain dengan nama-nama seperti Tom, Dick atau Harry.

Lagi-lagi Dujardin membuka bab baru dengan alunan angan keraguan:

As I have nothing more to do, why not think out a bit, think out seriously, I mean, how I am to behave to Leah to night? Obviously I shall stay with her till midnight or thereabouts and then go home; the important thing is to make her understand why I choose to act like that, and devilish difficult it is to explain. I don`t like this room, better move to the sitting-room.

Benar yang dikakan Senn di atas, jika monolog interior lebih banyak menghindari penggunaan kata kerja, di samping jalinan kalimatnya pendek-pendek saja. Berikut dua contoh:

To night, on my dim balcony, against the dusk of distant walls, a vague elusive background of the night, in warm, dark air, I see your beauty and your grace; divinely graceful, as you move, the even cadence of your limbs;…

Lovely her face is now, so white, ivory-white, dim white, like snow in twilight, shrouded in darkness, and again whiter, brighter than the lights themselves; in shadows overcast, to brightness returning.

Surat dan Buku Harian
Mulai halaman 63 hingga 80-an, Dujardin menghujani dua model tulisan, yakni dalam bentuk surat (Briefroman) dan buku harian (Diary). Daniel dan Leah saling berbalas. Dilanjutkan Daniel membuka laci membaca ulang surat-surat cinta dari Leah. Tak sampai di situ, langkah Daniel membuat catatan pada buku hariannya. Setiap ia menerima surat atau menjawab surat, bahkan setiap pertemuannya dengan Leah, ia catat. Jujur saja, kadang aku merasa monoton membaca pada bagian surat dan terutama buku harian

Ada dua contoh surat Leah kepada Daniel yang meminta uang:

Dear Daniel,
May I once again ask you to come to the rescue and be so kind as to let me have the trifling sum of forty or fifty francs, which I urgenly need tomorrow? I`d be delighted if you could bring this yourself. Thanks, in anticipation, and my kindest regards.

Dear Boy,
If I am to save my jewellery do please let me have two hundred francs; it`s pledged for that amount. If only you will be so kind as to do this for your little friend Leah she will be very, very grateful; it would break her heart to see all her poor little trinkets go under the hammer. If the money is not forthcoming they will be sold up the day after tomorrow, Tuesday. I have just receive the notice. Do please be nice about this and I shall grow fonder and fonder of my dear boy, my only true friend in the world. Marie will call tomorrow to hear what you decide.

Dari dua surat di atas, terkesan Leah dalam bahasa Jawa: gerogoti (memeras dari segi keuangan). Daniel sendiri sudah menyadari sikap Leah terus-menerus minta uang yang juga terdapat pada surat-surat yang lain. Berikut adalah keluhan Daniel:

I paid up the hundred and twenty; she hasn`t asked me for any money since then; that was a week ago; she`s sure to be wanting some more soon; let`s hope not too much; my finances are getting in a bad way with all this money spent on her.

Meskipun Daniel sering direpotkan tentang keuangan oleh Leah, ternyata cintanya tetap utuh melaju. Berikut sebuah igauannya, ketika ia membaca surat-surat dari Leah yang ia kumpulkan di dalam laci.

In her room…I shall say…You do not believe in my love?…I desired you—passionately; that is my only excuse…forgive me. I might pass this night in your arms, dear, but—…I give you back your body. Good-bye.

Daniel menaruh cinta pada Leah sungguh tulus, meskipun Leah menanggapinya tak begitu serius. Berkali-kali Daniel menaburkan “rasa” cintanya yang romantis pada buku hariannya maupun pada suratnya. Ungkapan itu sebagai berikut:

Oh I love you more. Love is born. I love you more when you are singing; a river of shadows flowing past under the night-sky. Far away noises, remoter yet the singing voice; artless voice and rhythm grow fainter and fainter; their evensong is over; but more than any song, than all the melodies of love, I love you; cool night around me, and the long lines of trees, footsteps of passers-by, rumble of traffic; spoken words, hues enshadowed; a gentle, warmer air; I will go to the wood which skirts the hill beside the meadows, under the fir-trees, and yield my self to warm languor of those delicious nights.

.my beautiful, and all the sorrow of her poor, troubled heart! There was a wood fire burning here; outside the sky was cold, bright, clean-swept; no wind; a deep sky, far away; and in that bright air all things seemed mounting up towards the zenith;…

Baris-baris tebal di atas mungkin dimaksudkan merujuk ke sebuah judul terjemahan bahasa Inggris: We`ll to the Woods No More. Dua bahasa Inggris dan Jerman punya versi beda dalam menginterpretasikan judul novel ini. Judul versi Inggris menjadi Kita Tidak Akan Lagi Menuju Hutan, sedangkan versi Jerman menjadi, Pohon-Pohon Salam Tumbang.

Contoh catatan pada buku harian Daniel sebagai berikut:

Friday, January 28thSent her white lilac.
Saturday, Januari 29thFancy I saw her in a carriage in the Rue des Martyrs; I go to Rue Stévens but Louise says she is dining out. I say that I will return at one o`clock next day.
January 31st to February 12thTravelling in Belgium.
February 5thI write to her.
February 9thReceive her reply.
February 10thI write again.

Dujardin memang sedang menyodorkan nilai-nilai cinta yang platonis, tanpa kerinduan pada kemolekan tubuh. Sosok Daniel pun sebagai pacar yang kokoh membatasi antara wilayah cinta dan tubuh. Ia menolak diajak menginap di rumah Leah. Ia ingin menjaga keagungan cinta, tanpa terpikat pada tubuh. Berikut untaian Dujardin tentang tema ini terasa puitis:

Leah is undressing; she`ll change into her dressing-gown; funny how she will never even put a shoe on or take it off when I`m looking. What time? Quarter to midnight; Leah is pretty quick at changing, she`ll call me in a minute. That`s silly now; only two hours ago I was rehearsing what to do, why it`s a month since I fixed it up, and now it`s gone clean out of my head; simple enough, all the same; Leah wants me to spend the night with her; very well, I must refuse, and prove my love for her in the best way, by honouring that love and refusing the gift of her body, the gift she feels obliged to offer me; by declining to imitate those others, slaves of their blind passion; by loving her with all my heart and asking of her only love; that is it; I will not accept the sacrifice she is ready to make, but myself will sacrifice my self…

Benarkah Dujardin tetap kokoh pendirian untuk bermain dengan cinta platonis? Ternyata tak lama dari penolakan Daniel atas ajakan tidur oleh Leah, disusul kejadian yang sesungguhnya. Berikut paparannya disertai omelan Daniel yang berbalut kerugian keuangan:

That`s enough of it; this evening, damm it, we sleep together; it would be too silly for words, a love affair that`s been going on so long and cost so much, to lead to nothing; all that time and money wasted just for the pleasure of gazing at the charms of a young woman who is playing a small part at the Nouveautés.

Dujardin memang sengaja membuat tokoh protagonistnya, Daniel mengumbar igauan aliasmonolog interior tiada henti. Sebaliknya lawan partnernya adalah Leah, lebih digambarkan sebagai sosok wanita yang tidak begitu romantis dan mengabaikan fantasi dibandingkan sosok Daniel. Mungkin Dujardin ingin menghadirkan perbedaan yang mencolok antara suasana monolog interior yang halus, liris berbanding dengan dialog-dialog kering, bahkan lebih menjurus ke interogasi. Berikut kisahnya:

You haven?t told me what you did after you left me this afternoon.
She is speaking; I answer.
Absolutely nothing.
Stunning she looks to night!
Sure you dined somewhere before going home?
Do you want to know exactly what I did?
–Yes, do tell.
Well, when I left you I went to see a young gentleman, friend of mine, and strolled with him for no less than a quarter of an hour.
She smiles.
Did you talk to your friend about me?
–Of course.
And your friend was very jealous, no doubt. After that, where did you go?
Where?
–Where did I go?

Lagi-lagi permainan cintanya mengambang pada tataran dialog yang semakin renggang. Ketika Daniel sudah berhasrat ingin tinggal di tempat Leah, giliran Leah yang menolak.

Then,…I stay to-night?
Her big eyes, her eyes amazed, pitying almost they seem…ah, what am I to read in them?
No, not to-night, really not to-night. I can`t, oh I can`t…
Why? Not to-night? She refuses?
--Next time, I promise you… I can`t, oh, I can`t…
–Good-night, dear.
I kiss her forehead; ah that delight impossible, elusive; fatal, desperate delight!
–Come Wednesday at three, she says.
Delighted.

Perpisahan itu tak terhindarkan, masing-masing berucap Au revoir (Selamat Tinggal).

Why, oh why did I again try to possess her? Once more she has eluded me. Must go; my coat, hat.
Au revoir, she says. Wednesday at three. Holding the candlestick, she opens the drawing-room door; Marie appears; we cross the hall.
Wednesday then, at three, I say
No, I will never see her again; never again must I see her; what use would it be? All is over now and done with, all possibility of love between us, and I look on her beauty, her white unforgettable beauty, as now she holds out her hand.
–Au revoir.
–Au revoir.
Friendly she smiles au revoir, while lambent on her bosom flickers the pale nocturnal light.

Catatan:
Dujardin, sering menyebut nama orang berubah-ubah. Misal: Daniel Prince, kadang cuma Daniel. Sebutan untuk Daniel pada sebuah surat bisa menjadi Boy. Paul Hénart, kadang hanya disebut Paul atau Hénart saja. Termasuk sebutan pada Leah, kadang Mademoiselle d`Arsay atau d`Arsay Leah. Sebutan Mademoiselle sendiri artinya nona. Jika tidak mengenal istilah panggilan bahasa Prancis, bisa terkecoh, Mademoiselle bisa dikira nama orang. (Sigit Susanto)

diposkan 30 Desember 2008

2 komentar: