where people ngobrol joyce...

BAHNHOFSTRASSE The eyes that mock me sign the way Whereto I pass at eve of day. Grey way whose violet signals are The trysting and the twining star. Ah star of evil! star of pain! Highhearted youth comes not again Nor old heart`s wisdom yet to know The signs that mock me as I go. (james joyce)

Rabu, 05 Desember 2012

Nikmatnya Baca Ulang Karya-Karya James Joyce


oleh Jörg W. Rademacher
(Penulis Biografi Joyce)


Pada saat reading group novel Ulysses selesai, selasa 30 Oktober 2012 dilanjutkan dengan sebuah pembeberan dari seorang penulis biografi James Joyce bernama Jörg W. Rademacher. Selebaran kecil tentang acara tambahan ini sebagai berikut:

Jörg W. Rademacher
The Joys of Re-Reading James Joyce`s Works.
A Biographer Talks Back

Sejak Joyce dinobatkan menjadi seorang penulis klasik modern, tak lama lagi menjadi ajang kritik sehari-hari. Rademacher, seorang penulis biografi terbantu dengan karya-karya Joyce yang belum atau sudah diterbitkan. Seperti harapan Joyce sendiri untuk menemukan “Catatan Estetika.“ Dari pendekatan karya-karya Joyce itu ia menemukan “kenikmatan membaca ulang karya-karya Joyce.“

Mahasiswa silakan datang!

Sekitar 20 orang hadir pada acara sederhana ini. Mereka sebagian besar para penikmat karya Joyce yang sudah bertahun-tahun. Aku perhatikan, hanya segelintir dari kawan-kawanku yang tadi ikut reading bersama, menghadiri acara ini. Maklum memang waktunya mulai pukul 19.30, sehingga orang yang rumahnya jauh pasti akan malas hadir.

Penulis biografi asal Jerman ini membuka dengan janji, akan menyerahkan banyak foto dari tempat-tempat yang pernah ditempati atau didatangi Joyce dari Irlandia, Trieste, Paris kepada Yayasan James Joyce di Zürich.

Ia memperlihatkan foto-foto itu di layar lebar sambil menjelaskan. Selain itu ia juga menunjukkan tulisan Aesthetic Notes. Ia tegaskan, “Saya menulis tentang apa yang saya maui, pertama dengan membicarakan novel setebal 400 halaman dalam bahasa Inggris. Antara Stephen Hero dan The Young Artist punya perbedaan secara seni. Puisi-puisi Joyce juga beda dengan kumpulan puisinya dengan judul Chamber Music.

Rademacher menunjukkan foto-foto hitam putih kota Dublin. Terlihat ada menara setinggi 42 meter dan patung, setelah 2 tahun berikutnya, menara itu rubuh. Ada pula foto kota Dublin dari atas menara. Dilanjutkan foto Martello Tower. Saat foto ini ditayangkan, Rademacher cerita, pernah ada orang yang tanya kepada seorang pendeta Katolik di Dublin tentang James Joyce. Pendeta itu jawab,“No, you may not talk about him.“

Menurutnya Joyce menulis Finnegans Wakes dalam bentuk puisi dengan muatan parodi. Joyce menulis tentang Oscar Wilde dan Pamela, karena mereka itu korban dari pemerintah Inggris.

Foto beralih ke rumah Nora Bernacle, istri Joyce di kota Galway. Di rumah tersebut tidak ditemukan banyak surat Nora, melainkan justru banyak surat dari ibunya Nora. Ciri suratnya tak memakai tanda baca. Joyce sendiri lebih suka mengubah teknik menulis. Joyce memperkenalkan surat yang berbasis dari Edgar Allan Poe.

Foto lain berupa tulisan di plang 1 Scala James Joyce, sebuah plang nama rumah yang pernah ditempati Joyce sekeluarga di kota Trieste, Italia. (Catatan penulis: Memang banyak tempat yang pernah dipakai, singgahi oleh sastrawan besar di Eropa sering diberi tanda seperti itu). Menurut sang penulis biografi, di Trieste Joyce banyak menulis fragmen dari berbagai topik, dari Hamlet, surat-surat yang umurnya sudah 100 tahun lewat. Tiap hari Joyce membaca 4 koran sekaligus. Pada tahun 1912, Joyce ujian di universitas untuk menjadi guru dan berhasil lulus dengan memuaskan. Trieste merupakan kota yang telah melahirkan dua karyanya Dubliners dan A Portrait.

Rumah Joyce saat di Roma, juga diperlihatkan, foto masih hitam putih. Bahkan sebuah kafe bernama Antico Caffe Greco, disebutkan sebagai tempat nongkrong Joyce di Roma. Sampai di sini Fritz Senn, guru kami bertanya, “Bagaimana kamu tahu, kalau Joyce pernah ke situ?“ Rademacher jawab, “Setiap penulis biografi Joyce sebut bahwa Joyce pernah ke kafe itu.“

Beralih ke foto Hotel Dela Paix di Paris, ada plang Joyce pernah menginap di hotel itu dan dijelaskan Joyce saat tinggal di situ pernah menulis surat agar bisa masuk ke Zürich, Swiss. Peristiwa itu tahun 1940. Kawan Joyce pernah bertemu Joyce di hotel itu.

Kini foto sebuah nisan di kuburan Zürich. Bagi kawan-kawan di Zürich tentu tidak asing lagi dengan nisan Joyce yang disertai patung Joyce di sebelahnya. Di makam itu lah Ezra Pound pernah menjenguknya.

Ada foto patung hitam, dijelaskan Joyce dalam menulis menggunakan 4 bahasa, Italia, Jerman, Prancis dan Inggris. Awalnya Joyce sebagai penganut Katolik namun berubah menjadi Kristen protestan. Foto lain tentang Joyce di kampus di Dublin. Rademacher bilang, “Saya suka sekali karya Joyce, karena berbeda dengan pengarang lainnya, namun saya lebih suka menemukan sendiri yang bersifat kontemporer. Yang ditulis Joyce bukan semuanya asli.“

Fritz Senn tanya, “Banyak sekali foto-fotonya tentang Joyce, tapi lebih indah foto-foto yang lain?“ Rademacher jawab, “Saya lebih senang membuat jarak dengan Joyce, sehingga bisa menghasilkan karya sendiri, daripada sekadar menerjemahkan.“

Menurut penulis biografi ini, Joyce juga dimanja oleh Richard Ellmann, dianggapnya sebagai anaknya. Joyce menciptakan karya di Dublin, kebanyakan dari John Counter. Kebiasaan Joyce minum terlampau banyak, hingga membuat istrinya khawatir.

Seorang ibu bertanya, “Banyak orang, banyak anekdot tentang Dublin?“ Rademacher jawab, “Joyce itu sulit.“

Pantauanku, jalannya acara ini tampak kaku dan sebagai penulis biografi Joyce, Rademacher saat menjelaskan analisisnya begitu kering bahkan kesanku, pesimis terhadap karya-karya Joyce. Tak lama lagi, Fritz Senn melempar pertanyaan kritis, yang kuduga bisa mewakili semua orang di situ, “Apakah tujuan khususmu atau apakah yang bisa membuat berbeda dari studymu?“ Ia jawab, “Lebih banyak terkait dengan ayah Joyce. Sebuah kolaborasi dengan sang ayah. Joyce membuatnya dalam format fiksi. Analisis saya tentang Joyce terkait bagaimana cara Joyce menulis, pada beberapa bidang, prosesnya. Saya pikir, sebuah gagasan bagus membedakan secara etnografi, berdasar manusia, surat-suratnya banyak yang bersifat pribadi. Joyce menghadapi perempuan dan yang lain dengan cara yang sangat berbeda.

Morris Craig, disebut sebagai arsitek di Dublin, selama dua tahun, ia akui pernah bertemu Joyce ketika masih muda. Joyce juga menulis puisi tentang Belfast. Ketika Joyce pergi ke Paris, ia masih ingat puisinya tentang Belfast itu.

Kesimpulan akhir, Rademacher sebut, “Saya mencoba melihat Joyce dari sudut pandang Joyce yang hidup 2/3 masa hidupnya di daratan benua Eropa. Anda bisa cari pengarang di museum Lubeck, Jerman, tapi bukan untuk Joyce, yang lebih suka fiksi ketimbang skandal baru.

*Jörg W. Rademacher adalah penulis biografi berjudul James Joyce.



*(Sigit Susanto: November 2012)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar