oleh Jörg W. Rademacher
(Penulis
Biografi Joyce)
Pada saat reading group novel Ulysses
selesai, selasa 30 Oktober 2012 dilanjutkan dengan sebuah pembeberan dari
seorang penulis biografi James Joyce bernama Jörg W. Rademacher. Selebaran
kecil tentang acara tambahan ini sebagai berikut:
Jörg W. Rademacher
The Joys of Re-Reading James Joyce`s Works.
A Biographer Talks Back
Sejak Joyce dinobatkan menjadi seorang
penulis klasik modern, tak lama lagi menjadi ajang kritik sehari-hari.
Rademacher, seorang penulis biografi terbantu dengan karya-karya Joyce yang
belum atau sudah diterbitkan. Seperti harapan Joyce sendiri untuk menemukan
“Catatan Estetika.“ Dari pendekatan karya-karya Joyce itu ia menemukan
“kenikmatan membaca ulang karya-karya Joyce.“
Mahasiswa silakan datang!
Sekitar 20 orang hadir pada acara sederhana
ini. Mereka sebagian besar para penikmat karya Joyce yang sudah bertahun-tahun.
Aku perhatikan, hanya segelintir dari kawan-kawanku yang tadi ikut reading
bersama, menghadiri acara ini. Maklum memang waktunya mulai pukul 19.30,
sehingga orang yang rumahnya jauh pasti akan malas hadir.
Penulis biografi asal Jerman ini membuka
dengan janji, akan menyerahkan banyak foto dari tempat-tempat yang pernah ditempati
atau didatangi Joyce dari Irlandia, Trieste, Paris kepada Yayasan James Joyce
di Zürich.
Ia memperlihatkan foto-foto itu di layar
lebar sambil menjelaskan. Selain itu ia juga menunjukkan tulisan Aesthetic
Notes. Ia tegaskan, “Saya menulis tentang apa yang saya maui, pertama dengan
membicarakan novel setebal 400 halaman dalam bahasa Inggris. Antara Stephen
Hero dan The Young Artist punya perbedaan secara seni. Puisi-puisi
Joyce juga beda dengan kumpulan puisinya dengan judul Chamber Music.
Rademacher menunjukkan foto-foto hitam
putih kota Dublin. Terlihat ada menara setinggi 42 meter dan patung, setelah 2
tahun berikutnya, menara itu rubuh. Ada pula foto kota Dublin dari atas menara.
Dilanjutkan foto Martello Tower. Saat foto ini ditayangkan, Rademacher cerita,
pernah ada orang yang tanya kepada seorang pendeta Katolik di Dublin tentang
James Joyce. Pendeta itu jawab,“No, you may not talk about him.“
Menurutnya Joyce menulis Finnegans Wakes
dalam bentuk puisi dengan muatan parodi. Joyce menulis tentang Oscar Wilde dan
Pamela, karena mereka itu korban dari pemerintah Inggris.
Foto beralih ke rumah Nora Bernacle, istri
Joyce di kota Galway. Di rumah tersebut tidak ditemukan banyak surat Nora,
melainkan justru banyak surat dari ibunya Nora. Ciri suratnya tak memakai tanda
baca. Joyce sendiri lebih suka mengubah teknik menulis. Joyce memperkenalkan
surat yang berbasis dari Edgar Allan Poe.
Foto lain berupa tulisan di plang 1 Scala James Joyce, sebuah plang nama
rumah yang pernah ditempati Joyce sekeluarga di kota Trieste, Italia. (Catatan
penulis: Memang banyak tempat yang pernah dipakai, singgahi oleh sastrawan
besar di Eropa sering diberi tanda seperti itu). Menurut sang penulis biografi,
di Trieste Joyce banyak menulis fragmen dari berbagai topik, dari Hamlet,
surat-surat yang umurnya sudah 100 tahun lewat. Tiap hari Joyce membaca 4 koran
sekaligus. Pada tahun 1912, Joyce ujian di universitas untuk menjadi guru dan
berhasil lulus dengan memuaskan. Trieste merupakan kota yang telah melahirkan
dua karyanya Dubliners dan A Portrait.
Rumah Joyce saat di Roma, juga
diperlihatkan, foto masih hitam putih. Bahkan sebuah kafe bernama Antico Caffe
Greco, disebutkan sebagai tempat nongkrong Joyce di Roma. Sampai di sini Fritz
Senn, guru kami bertanya, “Bagaimana kamu tahu, kalau Joyce pernah ke situ?“
Rademacher jawab, “Setiap penulis biografi Joyce sebut bahwa Joyce pernah ke
kafe itu.“
Beralih ke foto Hotel Dela Paix di Paris,
ada plang Joyce pernah menginap di hotel itu dan dijelaskan Joyce saat tinggal
di situ pernah menulis surat agar bisa masuk ke Zürich, Swiss. Peristiwa itu
tahun 1940. Kawan Joyce pernah bertemu Joyce di hotel itu.
Kini foto sebuah nisan di kuburan Zürich.
Bagi kawan-kawan di Zürich tentu tidak asing lagi dengan nisan Joyce yang
disertai patung Joyce di sebelahnya. Di makam itu lah Ezra Pound pernah
menjenguknya.
Ada foto patung hitam, dijelaskan Joyce
dalam menulis menggunakan 4 bahasa, Italia, Jerman, Prancis dan Inggris. Awalnya
Joyce sebagai penganut Katolik namun berubah menjadi Kristen protestan. Foto
lain tentang Joyce di kampus di Dublin. Rademacher bilang, “Saya suka sekali
karya Joyce, karena berbeda dengan pengarang lainnya, namun saya lebih suka
menemukan sendiri yang bersifat kontemporer. Yang ditulis Joyce bukan semuanya
asli.“
Fritz Senn tanya, “Banyak sekali
foto-fotonya tentang Joyce, tapi lebih indah foto-foto yang lain?“ Rademacher
jawab, “Saya lebih senang membuat jarak dengan Joyce, sehingga bisa
menghasilkan karya sendiri, daripada sekadar menerjemahkan.“
Menurut penulis biografi ini, Joyce juga
dimanja oleh Richard Ellmann, dianggapnya sebagai anaknya. Joyce menciptakan
karya di Dublin, kebanyakan dari John Counter. Kebiasaan Joyce minum terlampau
banyak, hingga membuat istrinya khawatir.
Seorang ibu bertanya, “Banyak orang, banyak
anekdot tentang Dublin?“ Rademacher jawab, “Joyce itu sulit.“
Pantauanku, jalannya acara ini tampak kaku
dan sebagai penulis biografi Joyce, Rademacher saat menjelaskan analisisnya
begitu kering bahkan kesanku, pesimis terhadap karya-karya Joyce. Tak lama
lagi, Fritz Senn melempar pertanyaan kritis, yang kuduga bisa mewakili semua
orang di situ, “Apakah tujuan khususmu atau apakah yang bisa membuat berbeda
dari studymu?“ Ia jawab, “Lebih banyak terkait dengan ayah Joyce. Sebuah
kolaborasi dengan sang ayah. Joyce membuatnya dalam format fiksi. Analisis saya
tentang Joyce terkait bagaimana cara Joyce menulis, pada beberapa bidang,
prosesnya. Saya pikir, sebuah gagasan bagus membedakan secara etnografi,
berdasar manusia, surat-suratnya banyak yang bersifat pribadi. Joyce menghadapi
perempuan dan yang lain dengan cara yang sangat berbeda.
Morris Craig, disebut sebagai arsitek di
Dublin, selama dua tahun, ia akui pernah bertemu Joyce ketika masih muda. Joyce
juga menulis puisi tentang Belfast. Ketika Joyce pergi ke Paris, ia masih ingat
puisinya tentang Belfast itu.
Kesimpulan akhir, Rademacher sebut, “Saya
mencoba melihat Joyce dari sudut pandang Joyce yang hidup 2/3 masa hidupnya di
daratan benua Eropa. Anda bisa cari pengarang di museum Lubeck, Jerman, tapi
bukan untuk Joyce, yang lebih suka fiksi ketimbang skandal baru.
*Jörg W. Rademacher adalah penulis biografi
berjudul James Joyce.
*(Sigit
Susanto: November 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar